Wanita
diciptakan oleh Allah swt dengan bentuk yang seindah-indahnya. Dengan segala
kelembutan dan cinta kasih yang dimilikinya, ia mampu mewarnai kehidupan ini
dengan keistimewaan yang ada dalam dirinya. Maka tak salah bila ada yang
mengatakan bahwa wanita adalah ujung tombak pria. Bukan berniat untuk
membanggakan diri sendiri, namun jika ditelisik lebih jauh lagi pernyataan
tersebut memang benar adanya. Maka dari itu berbahagialah bagi anda yang
terlahir sebagai wanita seutuhnya.
Namun
terkadang sebagian dari mereka sering salah kaprah mengenai keistimewaan yang
dimiliki wanita apalagi jika dilihat dari peraturan-peraturan yang ada.
Beberapa peraturan tersebut antara lain, wanita memiliki aurat yang lebih
banyak dan lebih sulit dijaga dibandingkan dengan pria, wanita diwajibkan untuk
meminta izin dari suaminya apabila hendak keluar rumah tetapi tidak untuk pria,
wanita lebih sedikit mendapatkan warisan dibandingkan dengan pria, wanita harus
menghadapi kesulitan dalam mengandung dan melahirkan anak, wanita diwajibkan
untuk selalu taat kepada suaminya tetapi suami tidak diharuskan untuk selalu
taat kepada istrinya, talak terletak di tangan suami dan bukan di tangan istri,
wanita tidak dapat menggunakan seluruh waktunya karena terhalang oleh haid dan
nifas sedangkan pria 100% dapat menggunakan seluruh waktunya untuk beribadah
kepada Allah swt.
Ternyata
sulit sekali menjadi wanita muslimah dibandingkan dengan pria.
Peraturan-peraturan tersebut terlihat seperti mengekang wanita layaknya lirik
lagu yang sempat hits beberapa puluh tahun silam, “ wanita dijajah pria sejak
dulu”. Lirik tersebut sangat tepat untuk menggambarkan keadaan wanita hingga di
zaman modern sekarang ini karena terlihat jelas bahwa kedudukan pria selalu
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.
Tapi
coba kita kaji lagi tentang uraian-uraian di atas. Wanita menerima warisan
lebih sedikit dari pria tetapi harta warisan itu menjadi milik pribadinya dan
tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sedangkan walaupun pria mendapat
warisan lebih banyak namun warisan tersebut digunakan untuk istri dan
anak-anaknya.
Wanita
harus menghadapi kesulitan dalam mengandung dan melahirkan anaknya, tetapi
setiap saat ia didoakan oleh seluruh makhluk, malaikat, dan seluruh makhluk
Allah swt di muka bumi ini, dan meninggalnya jika karena melahirkan adalah mati
syahid.
Kelak
di akhirat nanti, seorang pria akan mempertanggungjawabkan 4 wanita, yaitu
istrinya, ibunya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya. Sedangkan wanita
hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Keistimewaan lain dari wanita
ialah tanggung jawab atas dirinya ditanggung oleh 4 orang pria, yaitu suaminya,
ayahnya, anak laki-lakinya, dan saudara laki-lakinya.
Seorang
wanita boleh memasuki pintu surga melalui pintu manapun yang disukainya cukup
dengan 4 syarat saja, yaitu shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat pada
suaminya dan menjaga kehormatannya.
Seorang
pria perlu berjihad fisabilillah, tetapi wanita jika taat pada suaminya serta
menunaikan tanggung jawab kepada Allah swt akan ikut menerima pahala seperti
pahala orang yang pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata
seperti yang dilakukan oleh pria.
Kisah
lain datang dari zaman Jahiliyah, yaitu zaman dimana sebelum adanya Nabi
Muhammad
saw. Saat itu wanita tidak memiliki harga dirinya sama sekali. Setiap ada
seorang wanita yang melahirkan, hal pertama yang selalu ditanyakan adalah
bayinya berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. Jika bayinya laki-laki akan
dibiarkan hidup sedangkan jika bayinya perempuan maka akan dikubur hidup-hidup.
Setelah Allah swt mengutus Nabi Muhammad saw, barulah seorang wanita dapat
dihargai. Begitu hebatnya Rasulullah sehingga memuliakan seorang wanita. Suatu
hari ada seseorang yang menanyakan kepada siapa dia harus berbakti, Rasulullah
lalu menjawab “IBU” sampai 3 kali berturut-turut baru kemudian AYAH. Maka dari
itu pahala wanita hamil kedudukannya seperti kedudukan orang yang berpuasa,
qiyamul layl, dan berjuang di jalan Allah swt dengan diri dan hartanya. Jika ia
melahirkan, maka pahalanya tidak diketahui oleh seorang pun karena begitu
besarnya. Jika ia menyusui, maka setiap tetes air susu yang dihisap oleh
anaknya seperti memerdekakan orang merdeka dari keturunan nabi Ismail. Jika ia
menyapihnya, malaikat yang mulia mengepakkan sayapnya sambil berkata :”
perbaruilah amalmu, dosa-dosamu telah diampuni”.
Satu hal yang mungkin kita anggap sepele adalah wanita
sekarang lebih cenderung “independen” dan berlindung di balik “emansipasi”
wanita. Jadi sebagian dari mereka ingin hidup mandiri dan menunjukkan bahwa
mereka juga bisa seperti pria. Hasilnya, banyak diantara mereka yang
kebablasan. Padahal mereka memiliki kodrat sebagai wanita yang mempunyai
kewajiban, ketentuan, dan tata cara yang sudah diatur dalam islam. Sesungguhnya
apa yang diperoleh dari itu semua terlebih mengorbankan kodratnya sebagai
wanita adalah kekalahan bagi wanita yang paling telak.
Islamlah
yang mengangkat derajat perempuan. Dulu perempuan hanya dianggap barang yang
bisa ditukar, dijual, diwariskan, dijadikan budak, taruhan judi dan sebagainya.
Ketika islam datang, derajat perempuan menjadi lebih tinggi sehingga surga saja
ada di telapak kaki ibu. Artinya bahwa ridha Allah swt tergantung daripada
ridha seorang ibu.
Peranan
perempuan dalam islam begitu besar. Terciptanya negara yang besar bergantung
dari bagaimana wanitanya. Terciptanya anak-anak yang menjadi kebanggaan
keluarga juga bergantung dari seorang ibu. Jadi sebenarnya yang mempelopori
emansipasi adalah islam.
Jauh
Sebelum mempoklamirkan emansipasi wanita, Islam telah lebih dahulu mengangkat
derajat wanita dari masa pencampakan wanita di era jahiliyah ke masa kemuliaan
wanita. Islam tidak membedakan antara wanita dan pria. Semua sama di hadapan
Allah swt, dan yang membedakan mereka di hadapan Allah adalah mereka yang
paling bertaqwa, taqwa dalam artian menjalankan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
Sering
kita dengar pemahaman emansipasi wanita yang selalu digembar-gemborkan
orang-orang barat yang mengatasnamakan hak asasi manusia, bahwa emansipasi
wanita adalah menyamakan hak dengan kaum pria, padahal tidak semua hak wanita
harus disamakan dengan pria, karena Allah swt telah menciptakan masing-masing
jenis kelamin dengan latar belakang biologis kodrati yang tidak sama. Persamaan
hak untuk dilindungi oleh hukum, mendapatkan gaji yang setara dengan pria jika
berada di kedudukan atau kemampuan yang sama, dan lain sebagainya adalah
segelintir contoh dibolehkannya persamaan hak dengan kaum pria.
Makna
emansipasi wanita yang benar adalah perjuangan kaum wanita demi memperoleh hak
memilih dan menentukan nasib sendiri. Sampai kini, mayoritas wanita Indonesia,
terutama di daerah pedesaan dan sektor informal belum menyadari makna dari
emansipasi wanita itu sendiri, akibat normatif terbelenggu persepsi etika,
moral, dan hukum genderisme lingkungan sosio-kultural menjadi serba keliru.
Belenggu budaya itulah yang harus didobrak gerakan perjuangan emansipasi wanita
demi memperoleh hak asasi untuk memilih dan menentukan nasib sendiri.
Namun
islam menempatkan sesuatu pada tempatnya. Islam menempatkan sosok wanita pada
tempat dan peranannya karena Allah swt memberikan kodrat yang berbeda antara
pria dan wanita. Sesuatu yang terdapat pada pria belum tentu ada pada wanita,
begitu juga sebaliknya. Walaupun ada juga kesamaan antara keduanya.
Misalnya
dalam hal pekerjaan, ada pekerjaan yang pantas untuk pria, pantas untuk wanita,
ataupun pantas untuk keduanya asalkan tidak menyalahi pada kepatutan, kodrat
ataupun norma agama.
Dalam
hal kepemimpinan, Rasulullah saw telah bersabda: bila suatu negeri dipimpin
oleh wanita, maka tunggulah kehancurannya.
Mengapa
wanita tidak boleh memimpin? Hal tersebut dikarenakan faktor psikologis.
Memimpin suatu negara dengan segala masalah yang kompleks dibutuhkan jiwa dan
psikologis yang memadai, dan itu ada pada pria. Wanita cenderung mengedepankan
perasaan daripada pikiran, dan hal itu tidak cocok dalam hal kepemimpinan.
Tetapi walaupun demikian, seorang suami tidak akan berhasil memimpin suatu
negeri tanpa dukungan yang kuat dari istri. Jadi wanita pun punya peranan yang
sangat penting dalam mengatur suatu negara. Dan hal yang harus dipahami adalah
emansipasi bukan berarti melanggar kodrat dan agama.
Permasalahan
lain apakah wanita boleh menjadi kondektur bis? “Lebih banyak mudharatnya
daripada manfaatnya. Masih banyak yang bisa dilakukan wanita itu daripada
menjadi kondektur bis. Karena kondektur bis merupakan pekerjaan pria yang
membutuhkan suara lantang, menghirup debu asap, berpanas-panasan, naik turun
bis dengan berlari, dan lainnya yang buruk bagi fisik wanita. Maka dari itu
saya mengatakan lebih banyak mudharatnya. Ini tidak baik dan tidak dibenarkan.
Memenuhi kebutuhan hidup bisa lewat berdagang atau banyak hal lain yang bisa
dijadikan mata pencaharian daripada menjadi kondektur bis”, ujar Ustadzah
Istiqomah.
Dan solusi dari segala permasalahan yang selalu terjadi
mengenai emansipasi ini adalah dengan selalu mengingat bahwa secara kodrati
wanita lebih unggul dalam kehidupan sebagai pemelihara rumah tangga.
No comments:
Post a Comment